KARAWANG – Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), berkunjung ke Pupuk Kujang Karawang, Kamis (6/11/2025). Dalam kunjungan itu, Zulhas menyampaikan kabar baik bagi petani. Pemerintah berhasil menurunkan harga pupuk bersubsidi dan membangun pabrik pupuk baru setiap tahun tanpa menggunakan dana dari APBN. Menurut Zulhas, kebijakan baru di sektor pupuk membuat harga turun dan subsidi lebih efisien.
“Dengan sistem baru, pemerintah bisa hemat sampai Rp8 triliun. Sekarang Pupuk Indonesia Grup bahkan bisa membangun pabrik pupuk baru tiap tahun tanpa keluar uang dari pemerintah,” ujarnya di sela kunjungan ke Karawang.
Ia menjelaskan, penghematan terjadi karena pemerintah mengubah sistem lama yang berbasis cost plus menjadi mark to market. Dengan sistem ini, dana subsidi pupuk sebesar Rp44 triliun bisa digunakan lebih efektif dan transparan. Zulhas juga meninjau langsung gudang stok pupuk bersubsidi serta kios tani di Desa Tamelang, Kecamatan Purwasari.
“Dengan harga pupuk yang lebih murah, petani bisa hemat biaya tanam dan lebih semangat menanam,” katanya.
Kabar turunnya harga pupuk hingga 20 persen disambut gembira oleh petani. Ketua KTNA Jawa Barat, Otong Wiranta, mengatakan kebijakan itu membuat petani lebih bersemangat.
“Petani sekarang semangat lagi. Harga pupuk subsidi turun, penyaluran juga lancar. Sejak tahun 90-an baru kali ini harga pupuk bisa turun. Dulu pupuk lebih mahal dari padi, sekarang malah lebih murah,” ujarnya saat acara Rembuk Tani di Kios Cahaya Tani, Desa Tamelang, Karawang.
Otong juga memastikan stok pupuk bersubsidi aman karena terus dijaga oleh Pupuk Kujang sesuai kebutuhan petani. Berdasarkan data terakhir, stok pupuk bersubsidi di Jawa Barat mencapai 70 ribu ton, terdiri dari Urea, NPK, dan pupuk organik.
Dalam kesempatan yang sama, Zulhas juga menyatakan dukungan penuh terhadap pembangunan pabrik NPK Nitrat pertama di Indonesia yang sedang dikerjakan oleh Pupuk Kujang Karawang. Menurutnya, langkah ini penting untuk memperkuat kemandirian pupuk nasional.
“Penduduk makin banyak, lahan makin sempit, jadi kita butuh pupuk yang lebih efisien untuk mendukung swasembada pangan,” katanya.
Direktur Utama Pupuk Kujang, Budi Santoso Syarif, menambahkan, pabrik NPK Nitrat ini akan mengurangi ketergantungan impor pupuk yang selama ini mencapai 500 ribu ton per tahun. “Selama ini kita masih impor NPK berbasis nitrat. Dengan pabrik ini, Indonesia bisa produksi sendiri dan petani lebih mudah mendapatkannya,” ujarnya.
Budi menjelaskan, riset mengenai pupuk NPK Nitrat sudah dilakukan sejak awal 2024. Uji coba dilakukan di berbagai tanaman seperti cabai, tomat, dan bawang merah. Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman lebih tahan terhadap kelembapan dan hasil panen meningkat. Beberapa petani di Brebes sudah mencoba pupuk ini di lahan mereka dan mengaku hasilnya memuaskan.
Selain meningkatkan produktivitas, NPK Nitrat juga dinilai ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca saat diaplikasikan. Ke depan, pupuk jenis ini akan difokuskan untuk sektor hortikultura, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman obat. (Advertorial)
