KARAWANG,– Fenomena seks bebas dan tinggal satu atap tanpa ikatan pernikahan atau kumpul kebo yang diduga kian marak di Kabupaten Karawang, kembali menelan korban jiwa. Kali ini, seorang bayi laki-laki yang baru lahir ditemukan tak bernyawa di dalam sebuah tas ransel hitam di wilayah Desa Pasirtanjung, Kecamatan Lemahabang, pada Sabtu (25/10/2025) siang.
Kasus memilukan ini terungkap setelah warga melaporkan penemuan tas mencurigakan berisi jasad bayi. Polisi yang datang ke lokasi segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan penyelidikan intensif. Dari hasil penelusuran, petugas Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Karawang berhasil mengidentifikasi dan mengamankan dua pelaku, yaitu MRB (20), seorang pria berprofesi buruh asal Desa Labanmulya, Kecamatan Tirtamulya, serta RDL (21), seorang perempuan tanpa pekerjaan tetap asal Desa Pasirtanjung, Kecamatan Lemahabang. Keduanya ternyata merupakan pasangan di luar nikah sekaligus orang tua kandung bayi malang tersebut.
Menurut hasil pemeriksaan, RDL melahirkan bayi itu di rumahnya. Dalam keadaan panik dan takut diketahui keluarga maupun tetangga, keduanya kemudian menutup mulut bayi menggunakan lakban hingga tidak bisa bernapas dan meninggal dunia.
Setelah memastikan sang bayi tak bernyawa, keduanya membungkus jasad dengan kain jarik berwarna hitam dan biru, memasukkannya ke dalam tas jinjing merah, lalu ke dalam ransel hitam, sebelum akhirnya dibuang di kawasan Kampung Kalen Kupu, Kecamatan Tirtamulya, sekitar lima kilometer dari tempat mereka tinggal.
Dalam waktu kurang dari 24 jam, polisi berhasil meringkus kedua pelaku di rumah masing-masing. Dari tangan mereka, petugas mengamankan sejumlah barang bukti, antara lain tas ransel merek Jims Honey warna hitam, dua kain jarik, lakban, dan dua tas jinjing.
Kapolres Karawang, AKBP Fiki N Ardiansyah menyebutkan, kedua pelaku dijerat dengan Pasal 80 ayat (3) UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman penjara paling lama 15 tahun.
“Motif keduanya karena panik dan malu, lantaran hubungan di luar nikah yang mereka jalani akhirnya berujung kehamilan dan kelahiran bayi,” jelasnya.
Kasus ini menambah daftar panjang tragedi sosial yang muncul akibat lemahnya kontrol moral di kalangan muda. Pemerhati sosial di Karawang menilai, fenomena kumpul kebo dan pergaulan bebas di kalangan remaja dan pekerja muda di kawasan industri semakin mengkhawatirkan.
“Kasus ini harus menjadi alarm bagi semua pihak, terutama keluarga dan masyarakat. Banyak pasangan muda hidup bersama tanpa menikah, dan ketika terjadi kehamilan, mereka memilih jalan pintas yang tragis,” ujar Ichsan Maulana, Ketua Pemuda Muhamadiah Karawang.
Sementara itu, prostitusi di Karawang yang kian tumbuh subur membuat degradasi moral kian tidak terbendung. Pantauan di lapangan menunjukkan, banyak kawasan warung remang-remang di Karawang masih aktif beroperasi. Di beberapa tempat, pekerja seks komersial (PSK) masih mangkal secara terbuka, melayani pelanggan dari kalangan buruh, sopir, hingga pelancong.
Tak hanya itu, praktik prostitusi online juga menjamur di media sosial dan aplikasi pesan singkat, dengan modus menawarkan “teman kencan” secara terselubung. Hotel, apartemen hingga kost-kosan dijadikan tempat transaksi prostitusi.
Ichsan menyebut, lemahnya kontrol sosial dan pengawasan lingkungan membuat perilaku seks bebas semakin mudah terjadi. Kondisi ini diperparah dengan minimnya pendidikan moral dan kesadaran remaja akan tanggung jawab sosial.
“Kasus bayi dalam tas ini adalah puncak dari gunung es. Banyak pasangan muda di Karawang yang hidup bersama tanpa menikah, dan ketika terjadi kehamilan, justru berujung pada tragedi,” ujar Ichsan.
Kasus tragis ini menjadi peringatan keras bagi seluruh pihak, mulai dari keluarga, tokoh agama, lembaga pendidikan hingga pemerintah daerah, agar lebih serius menekan laju degradasi moral di masyarakat. Di balik kemajuan industri, Karawang kini menghadapi tantangan sosial yang nyata, krisis nilai dan tanggung jawab moral generasi muda.
“Kemajuan ekonomi tidak boleh membuat kita buta terhadap runtuhnya nilai-nilai keluarga dan akhlak. Kalau dibiarkan, tragedi seperti ini bisa terus berulang,” pungkasnya. (Teguh Purwahandaka)
