KARAWANG,– Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan, kini berubah menjadi panggung perlawanan. Minggu, 14 September 2025, warga berencana menggelar Festival Akar, sebuah hajatan besar yang dikemas bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk melawan!
Ledakan dinamit, deru alat berat, dan debu tambang telah menghantui kehidupan warga. PT Mas Putih Belitung (MPB), anak perusahaan PT Jui Shin Indonesia, resmi mengantongi izin operasi. Karst yang selama ini menjadi sumber air, tempat bertani, dan penopang hidup warga, kini berada di ambang kehancuran.
“Kalau karst hancur, air hilang. Kalau air hilang, kehidupan tamat!” teriak Zahra Pramuningtyas, Ketua Festival Akar, dalam seruan kerasnya. Pernyataan itu bukan bualan. Data Puskesmas Pangkalan mengungkap, 304 warga Tamansari terserang ISPA sepanjang 2024. Debu tambang dituding sebagai biang keladi.
April lalu, amarah warga sudah sempat meledak. Massa menyerbu gerbang tambang, membakar pos keamanan, dan bentrok dengan aparat. Sejumlah warga dilaporkan ke polisi, namun nyali mereka tak ciut. Kini, lewat Festival Akar, mereka memilih jalur berbeda: perlawanan dengan musik, film, diskusi, dan seni budaya.
Panggung hiburan akan berdiri, musik perjuangan akan menggema, tarian rakyat akan dipentaskan, dan film dokumenter akan membuka mata. Dukungan mengalir deras dari Walhi, Jatam, AJI, hingga kelompok pemuda. Festival ini adalah simbol bahwa Tamansari tidak tunduk!
Karawang Selatan bersuara lantang, warga lebih memilih hidup bersama alam daripada mati perlahan karena tambang. Dari Tamansari, api perlawanan menyala. Dan dunia harus tahu: perjuangan rakyat kecil baru saja dimulai!. (Tgh)