Direktur  Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Pangkal Perjuangan Indonesia, Ravhi Alfanira Fiqri Firdaus SH

KARAWANG,– Pagi itu, Kamis (21/8/2025), langit Telukjambe Timur mendung tipis, namun suasana di Rumah Makan Agro Kartika justru terasa hangat. Kursi-kursi yang ditata rapi mulai dipenuhi tamu undangan. Di sudut ruangan, beberapa pengurus yayasan tampak berbisik, sementara staf muda menyiapkan berkas. Semua menunggu satu momen, pengumuman direktur  Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Pangkal Perjuangan Indonesia.
Ketika moderator Bayu Ginting membacakan SK Nomor 001/8/2025, ruangan mendadak hening. Nama Ravhi Alfanira Fiqri Firdaus SH. disebut lantang sebagai Direktur YLBH Pangkal Perjuangan untuk masa jabatan 2025–2028. Tepuk tangan pun pecah, disusul senyum lega dari sejumlah anggota. Penetapan Ravhi dilakukan secara aklamasi, sebuah tanda dukungan penuh dari jajaran pembina dan penasihat yayasan.
Ravhi, dengan setelan kemeja putih berdasi merah, berdiri di podium. Wajahnya tegas namun matanya memancarkan kerendahan hati. Ia membuka pidatonya dengan rasa syukur, lalu menyampaikan sebuah janji yang menyentuh hadirin.
“Dengan dilantiknya saya sebagai direktur, ini menjadi interpretasi bahwa hukum akan selalu menjadi garda terdepan untuk masyarakat secara luas,” ucapnya mantap.
Di barisan depan, beberapa staf muda mengangguk-angguk, seolah menemukan semangat baru. Ravhi melanjutkan, menekankan bahwa amanah ini bukan sekadar posisi, melainkan tanggung jawab kolektif. Ia mengajak seluruh jajaran bekerja bersama, memperluas jaringan, menjaga integritas, dan membuktikan bahwa keadilan bisa diwujudkan melalui aksi nyata.

Lebih dari Sekadar Pelantikan
Musyawarah besar itu tidak hanya melahirkan seorang direktur baru. Forum juga mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), serta melantik jajaran pengurus. Namun, yang membuat hari itu berbeda adalah hadirnya diskusi publik yang mengundang para akademisi dan aktivis.
Tema yang diangkat cukup berani: “Hubungan Mesra Aparat Penegak Hukum, Pemerintah, Korporasi, dan NGO: Dampak Positif dan Negatif terhadap Indonesia Emas 2045.”
Daniel Rafael Manurung, sang moderator, piawai menghidupkan suasana. Candanya sesekali memecah tawa, namun arah diskusi tetap tajam. Dua akademisi hadir, seorang dosen Fakultas Hukum Universitas Buana Perjuangan Karawang dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Singaperbangsa Karawang.
Isu ketenagakerjaan menjadi sorotan. Suara-suara lantang menyampaikan keresahan pungutan liar yang membebani pencari kerja, serta tingginya angka pengangguran di Karawang. Diskusi itu tidak berhenti di teori, melainkan melibatkan cerita-cerita nyata dari lapangan.

Harapan Baru
Bagi sebagian orang, acara itu sekadar pelantikan dan diskusi. Namun bagi Ravhi, hari itu adalah tonggak sejarah. Ia tampil bukan hanya sebagai direktur baru, tetapi juga simbol regenerasi. Di akhir pidatonya, ia menutup dengan ajakan sederhana namun penuh makna.
“Mari kita jaga amanah ini dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab. Bersama, kita kuat. Bersama, kita bisa membawa perubahan positif yang berarti.”
Tepuk tangan kembali bergemuruh. Hari itu, di bawah langit Karawang yang mulai cerah, YLBH Pangkal Perjuangan Indonesia memulai babak baru dengan optimisme. (Teguh Purwahandaka)